Kamis, 08 Desember 2011

Allah Melihatku, Allah Bersamaku


(Sumber: MajalahTarbawi, edisi 236 Th.12 Syawal 1431)


“Jika makhluk-makhluk tahu apa yang mungkin mereka jumpai di akhirat kelak, niscaya mereka takkan pernah merasakan hidup enak di dunia.”
(Malik bin Dinar rahimahullah)
 
 





D
ahsyat sekali cara seorang shalih, Malik bin Dinar rahimahullah memberi ilustrasi tentang kengerian hari akhirat. Alam akhirat yang didahului oleh gerbang kematian, yang juga menakutkan dan menyakitkan. Datang kapan saja menjemput siapapun yang bernyawa. Dan, tak mungkin ditolak. Ia, akhir kehidupan dunia. Gerbang alam akhirat yang setiap kita akan mengalaminya. Hanya waktunya saja yang berbeda-beda.

Saudaraku,
Jika kita termasuk hamba Allah yang mengetahui konsekuensi hidup dan mati, mengimani apa yang ada setelah mati, mempercayai kehidupan akhirat, harusnya tidak menunda-nunda taubat. Tidak segan-segan memohon ampun. Tidak lelah dan bosan untuk terus meminta agar kesalahan diampuni Allah swt. Menyadari, seperti ungkapan ulama, “Betapa banyak syahwat yang dilampiaskan hanya beberapa detik, mewariskan kedudukan yang sangat lama. Lalu member kehinaan dan kepapaan.”
Ibnul Qayyim rahimahullah  mengatakan, “Ketahuilah-semoga Alah swt memperbaiki hatimu--, bahwa hati itu sebenarnya tersiksa dan sakit karena kemaksiatan dan syahwat yang dituruti oleh pemiliknya. Rasa sakit dan ketersiksaan hati karena dosa, sama dengan rasa sakit yang dialami tubuh. Hanya saja, bila rasa sakit tubuh bisa diobati dengan ragam obat, sedangkan dosa-dosa yang menjadikan hati sakit itu hanya satu obatnya. Tidak ada yang lain, kecuali meninggalkan dosa. (Ad daa’u wa ad dawaa, 121)
Semoga  kita tidak termasuk orang yang menganggap ringan kemaksiatan dan dosa, karena akibatnya yang sangat berbahaya dan menyakitkan. Ibnul Qoyyim  rahimahullah, menguraikan berbagai dampak dosa dan kemaksiatan. Misalnya, kemurungan wajah, kegelapan di hati, rasa sempit, gelisah, kecewa, mudah frustasi, merasa sakit, merasa terkucil, jiwa yang sangat tidak tenang, merasa tidak berdaya, dilucuti dari pakaian yang diberikan Allah yakni pakaian takwa, hilang perlindungan atas diri, berganti rasa takut, berkurangnya rizki, karena seorang hamba bisa dihalangi rizkinya karena dosa yang dilakukannya, atau bisa hilang keberkahan rizki lalu membuat seseorang dijauhi orang. Akibat dosa yang paling menyedihkan adalah, hilangnya kenikmatan dalam melakukan ketaatan. Orang yang berbuat dosa bila ia melakukan ketaatan, tak mendapatkan kenikmatan saat melakukannya, tidak bertambah kekuatan dan keimanannya serta  tidak bertambah kerinduannya pada akhirat.

Saudaraku,
Rasa kebersamaan dengan Allah setiap waktu, atau mengahayatai pengelihatan Allah swt kepada kita setiap saat, merupakan salah sau cara kita bisa terhindar dari banyak dan berulang-ulang melakukan kesalahan. Seperti dikisahkan Sahal bin Abdullah Ab Tasatturi yang mengatakan, ”Dahulu ketika aku masih berusia tiga tahun, aku berdiri di suatu malam melihat shalat malam yang dilakukan pamanku Muhammad bin Suwar. Ia mengatakan kepadaku, ”Wahai Sahal, mengapa engkau tidak berdzikir kepada Allah yang menciptakanmu?” Aku menjawab, “Bagaimana caranya aku berdzikir kepada-Nya?” Ia mengatakan, ”Dengan hatimu saat engkau berganti pakaian. Ucapkanlah tiga kali tanpa menggerakan lisanmu : Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.” Aku lalu mempraktekan apa yang disampaikan pamanku itu dalam beberapa hari, dan aku lalu memberitahukan kepadanya. Ia mengatakan, ”Katakan seperti itu setiap malam tujuh kali. ”Aku pun melakukannya. Aku merasa hatiku nikmat melakukannya. Hingga  setelah satu tahun berlalu, pamanku berkata, “Ingatlah apa yang telah aku beritahukan kepadamu. Lakukanlah terus sampai engkau masuk ke liang kubur. Itu sangat bermanfaat bagimu di dunia dan akhiratmu.” Sampai bertahun-tahun setelah itu aku terus melakukannya. Aku benar-benar merasakan nikmat dalam kesendirianku. Sampai suatu ketika, pamanku berkata lagi kepadaku, “Wahai Sahal, barangsiapa yang merasakan Allah bersamanya, melihatnya dan menyaksikannya, maka ia takkan pernah bermaksiat kepada-Nya. Hati-hatilah engaku dari kemaksiatan.” (Ibyaa Ulumiddin, 3/74)



Saudaraku,
Sadarilah secara baik-baik bahwa Allah swt memang selalu memperhatikan dan melihat semua gerak gerik kita. Yang secara kasat terlihat bahkan juga yang terbersit di dalam hati. Sadari juga bahwa Allah swt Maha Rahmah, Maha Kasih Sayang, meski terhadap hamba-Nya yang melakukan kemaksiat-an sekali pun. Agar hati kita selalu optimis untuk memohon ampun dan segera merubah langkah yang terlanjur menyimpang.
Dengarkanlah kisah menarik untuk direnungi. Yusuf bin Al Husein bercerita, ketika ia pergi bersama Dzin Nun Al Mishri ditepi sebuah sungai. Ia melihat seekor kalajengking besar. Didekatnya muncul seekor katak yang juga besar. Kalajengking itu lalu naik ke punggung katak yang kemudian menyebrang ke sisi sungai lain. Dzin Nun mengatkan, ”Kalajengking ini punya suatu keperluan! Ayo kita ikuti dia.” Kami lalu mengikuti kalajengking itu yang ternyata menghampiri seseorang yang sedang tidur dalam kondisi mabuk. Tak lama kemudian muncul seekor ular berbisa yang merayap ingin menggigit orang yang sedang tidur itu. Tapi ia seperti meminta izin kepada kalajengking besar yang ada di dekat pemabuk yang tertidur. Kalajengking lalu mencapit ular tersebut hingga lari dan tak lama kemudian. Ia lalu kembali kearah tepi sungai dan menaiki punggung katak yang tadi membawanya hingga menyebrang ke sisi sungai yang lain. Dzin Nun membangunkan pemabuk yang tertidur itu lalu mengatakan, “Lihatlah, bagaimana Allah swt menyelamatkan hidupmu. Kalajengking itu, Allah utus kepadamu untuk menyelamatkanu dari ular yang ingin menggigitmu. Pemuda itu terkejut dan mengatakan, “Inikah yang Engkau lakukan terhadap orang yang telah bermaksiat kepada-Mu? Bagaimana kebaikan-Mu dan kasih sayang-Mu terhadap orang yang berlaku taat kepada-Mu?” Orang itu pun lalu pergi. Dzin Nun bertanya, “Mau kemana?” Ia menjawab, “Kerumah Allah, untuk taat kepada Allah.”
(At Tawwabii, Ibnu Quddamah, 227).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar