Sabtu, 10 Desember 2011

Untukmu Kader Dakwah : Materi mentoring Mahasiswa

Created by : Indra Kusuma Aryanto dkk

Jama'ah Nurruzzaman UKMKI UNAIR

Session 2

ADAB PERGAULAN SEORANG MUSLIM

TUJUAN
1.      Memahami realitas yang terjadi saat ini akibat pergaulan bebas.
2.      Memahami pentingnya bergaul dalam Islam untuk tujuan baik.
3.      Memahami tata hubungan antara pria dan wanita agar tidak terjadi hal – hal yang merusak.

PENDAHULUAN
Kalau kita perhatikan sekarang ini, masalah – masalah di dunia sebagian besar terjadi karena adanya pergaulan yang terlalu bebas. Status anak yang tidak jelas, broken home, anak – anak yang terlantar dan menjadi nakal (generasi tidak berkualitas), kasus aborsi, dll. Yang akhirnya menjadikan sebuah negara hancur. Kita bisa mengambil contoh dari negara – negara  Skandinavia yang memberikan kebebasan penuh kepada rakyatnya untuk melakukan pergaulan bebas (pergaulan seks secara terbuka). Mereka diberi kebebasan mengumbar nafsu syahwat tanpa terkendali. Pertanyaannya sekarang : “Apakah dengan cara begitu mereka dapat hidup bahagia ?”. Mereka justru menjadi pemecah rekor dalam kasus bunuh diri, penyakit syaraf, narkotika, dan obat – obat terlarang serta apa saja yang  mendorong mereka untuk lari dari tanggung jawab kehidupan.
Sebenarnya tidak ada satu pun agama langit atau agama bumi, kecuali Islam, yang memuliakan wanita, memberikan haknya, dan menyayanginya, memeliharanya sebagai manusia dan memeliharanya sebagai anak perempuan, istri, ibu dan anggota masyarakat. Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi tugas (taklif) dan tanggung jawab yang utuh seperti halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan pahala atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula diberikan Allah kepada manusia bukan khusus untuk laki-laki, tetapi juga untuk perempuan,yakni Adam dan istrinya (Al-Baqarah: 35).

PEMBAHASAN
Apakah Islam tidak memperbolehkan kita untuk bergaul ???
1.      Islam adalah agama yang sempurna yang selalu memperhatikan fitrah manusia dalam segala peraturan yang berhubungan dengannya (QS.Al Mulk : 13) yang mengambil jalan tengah antara yang mudah dan yang sulit.
2.      Islam memperbolehkan kita untuk bergaul
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki – laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” ( QS.Al Hujurat:13 )
3.      Tujuan Pergaulan dalam Islam
Ayat ini memperlihatkan hakekat sifat hubungan antara kaum mukminin dan mukminat yaitu hubungan cinta, kasih sayang, ketaatan, dan saling tolong – menolong. Bisa dilihat juga dalam QS At-Taubah : 71
4.      Batas – batas Pergaulan
Islam adalah sistem hidup dari Allah yang bersih dari segala kekurangan dan kontradiksi. Dan misi Islam adalah mengadakan perbaikan di dunia ini (di antaranya dari hal – hal yang disebutkan di atas). Kita sadari bahwa antara laki – laki dan perempuan memiliki daya tarik sesuai yang dikatakan dalam ilmu Biologi yang menggambarkan bahwa manusia juga memiliki nafsu kebinatangan. Kalau pergaulan antara laki – laki dan wanita tidak memiliki peraturan maka permasalahan di atas bisa mungkin terjadi.
Berangkat dari hal tersebut, Allah menetapkan peraturannya di dalam Islam yang harus kita jaga, yaitu :
1.       Kebersihan Hati dan Niat
Hidup seorang mu'min untuk beribadah (QS.Adz Dzariat:56) dan ibadah juga mencakup segala aktivitas hidup yang salah satunya adalah pergaulan (QS.Al An'am:162). Realita ibadah adalah tunduk dan patuh (QS.Ibrahim:40) bahkan ditegaskan bahwa seseorang tidak beriman sampai dia mau berhakim dengan hukum Al Qur'an (QS.An Nisa':65). Walaupun nanti saat melaksanakan perintah menjaga pergaulan membuat kita dimusuhi manusia maka yakinlah bahwa Allah akan selalu melindungi (QS.Az Zumar:36).
Kebersihan hati ditandai oleh sikap seorang muslim yang tidak akan melakukan dalam pergaulannya sesuatu apapun yang melanggar tujuan pergaulan. Adapun unsur asasi dalam kebersihan hati adalah rasa malu (kepada Allah bila dia melanggar hukum Allah) yang akan menjadi pengawas. Seperti yang tertuang dalam sebuah hadits :” Jika engkau tidak mempunyai rasa malu maka berbuatlah sekehendak hatimu”. Penyelewengan tentang hukum pergaulan ini kadang datangnya dari arah yang sangat lembut, antara lain :
a.       Fitnah Hati
          Zina yang masih berada di hati. Terdapat sebuah hadits yang berbunyi “ Dua mata berzina dan zinanya melihat, dua tangan berzina dan zinanya memegang, dua kaki berzina dan zinanya berjalan, dan zina kesan berbicara, zina jiwa mengangan – angan, menginginkan dan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakan.”
b.      Fitnah Pandangan
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: “Wahai Ali jangan engkau ikuti pandangan dengan pandangan lagi, sesungguhnya buatmu yang pertama, bukan yang kedua, dan dosa atas yang kedua.” Juga dijelaskan dalam Al Quran Surat An Nur : 31.
c.       Fitnah Suara Pembicaraan
Hati yang khianat menyebabkan seseorang memerdukan suara dengan logat yang menarik  ketika berbicara, lebih lengkapnya dapat dilihat pada QS. Al Ahzab ayat 32.
d.      Fitnah Suara
Kalaupun kesannya diam tapi anggota tubuh yang lain jangan menimbulkan suara yang mengundang. Dijelaskan dalam An Nur ayat 32.
e.       Fitnah Minyak Wangi
“Seorang wanita jika memakai minyak wangi, kemudian melewati suatu majelis, maka dia telah berbuat demikian (berzina)”. (HR.Tirmidzi)

2. Tingkah Laku dalam Bergaul
Sebenarnya pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan. Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar`iyah yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya Barat kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan oleh Islam. Batas-batas hukum tersebut antara lain:
a. Menahan pandangan dari kedua belah pihak.
Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, tidak berlama-lama memandang tanpa ada keperluan. Allah berfirman:
“Katakanlah ke pada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.` Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…” (An-Nur:30-31)
b. Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan sesuai syara`
Yaitu pakaian yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman: “… dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…”(An-Nur:31). Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan. Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan: “… Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu …”(al-Ahzab:59)
Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.

c. Pihak wanita harus mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki - laki  
1. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman: “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (al-Ahzab: 32.)
2. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah
“… Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan…”(an-Nur:31) serta yang dijelaskan dalam Surat Al-Qashash ayat 25.
3. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok, seperti yang disebut dalam hadits: “(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan (kemaksiatan)” (HR Ahmad dan Muslim). Jangan sampai ber-tabarruj (berlebihan dalam berhias) seperti  yang dilakukan wanita jahiliah dulu.
d. Menghindari Ikhtilat
Ikhtilat adalah bercampurnya laki-laki dan wanita, sebagaimana hal ini kita lakukan saat shalat berjamaah, maka hal itu seharusnya tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kita menganggap pergaulan bebas adalah bentuk dari modernisasi seperti yang dicontohkan barat. Padahal masyarakat Eropa dan Amerika, sebagian besar menolak pergaulan bebas. Mereka menjaga betul pergaulan anak-anaknya. Di Paris banyak orang tua melarang pergi bersama pemuda untuk misalnya ke bioskop. Ada juga yang muak jika nonton film porno. Di Amerika banyak orang tua yang memilih sekolah khusus putri untuk anak-anaknya. Sekolah-sekolah disana juga banyak yang memisahkan kegiatan belajar laki-laki dan wanita dengan alasan meningkatkan semangat belajar
e. Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram.
    Banyak hadits sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, “Karena yang ketiga adalah setan”. Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri. Sehubungan dengan ini, terdapat hadits yang berbunyi: “Jangan kamu masuk ke tempat wanita”. Mereka (sahabat) bertanya, “Bagaimana dengan ipar wanita”. Beliau menjawab, “Ipar wanita itu membahayakan”. (HR Bukhari). Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau istri dapat menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.
Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak.

KESIMPULAN
  1. Pergaulan yang tidak sesuai dengan syariat Islam, atau dapat dinamakan pergaulan bebas dapat memberikan dampak negatif yang luas. Islam memperbolehkan kita bergaul dengan syarat tertentu.
  2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yaitu : kebersihan hati dan niat serta tingkah laku dalam bergaul berupa pakaian dan metode interaksi yang digunakan laki-laki dan perempuan dan berhubungan.
  3. Kita dapat merubah tern pergaulan sekarang yang begitu bebas dengan pergaulan ala Islam yang tentunya lebih banyak manfaatnya. Hal tersebut dapat kita mulai dari lingkunan terkecil kita, diri kita sendiri, tempat tinggal (kos dan kontrakan) barulah pada masyarakat di sekitas tempat kita tinggal.
Maroji' :
  1. Fiqh Wanita Muslimah
  2. Abu Hudzaifah, Ghadhul Bashar, Pustaka Al Kautsar
  3. Buku Panduan Mentoring UI. 2001

KEPRIBADIAN MUSLIM UNGGULAN


TUJUAN :
1.      Mampu memahami karakter seorang muslim
2.      Mampu menumbuhkan kepribadian seorang muslim

PENDAHULUAN
Apa yang terbayang di benak kita ketika ada pertanyaan mengenai Kepribadian Muslim? Mungkin ada yang menjawab; Kepribadian muslim itu tercermin pada orang yang rajin menjalankan Islam dari aspek ritual seperti shalat, zakat, puasa dsb. Ada yang mengatakan kepribadian muslim itu terlihat dari sikap dermawan dan suka menolong orang lain atau aspek sosial. Mungkin ada yang berpendapat kepribadian muslim itu terlihat dari penampilan seseorang yang kalem, lemah lembut, dan baik hati.
Jawaban di atas hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah (ibadah mahdhoh). Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
PEMBAHASAN
Seorang muslim memiliki beragam peran yang dituntut oleh Islam, Islam sebagai agama yang syamil atau menyeluruh sudah pasti menuntut pemeluknya untuk dapat mengaplikasikan Islam dalam segala bidang kehidupan. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.

1.      Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
 Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2.      Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
          Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3.      Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).
4.      Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
          Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
          Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5.      Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
          Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS  Al Baqarah :219).
          Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
          Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
          Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)
6.      Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
          Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim).
7.      Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
          Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
          Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
          Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8.      Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
          Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
          Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9.      Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
          Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
          Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10.  Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
          Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
          Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

KESIMPULAN
            Islam dapat dirasakan sebagai agama yang sempurna jika dalam kehidupan kesehariannya dapat dibuktikan melalui akhlak dari para penganutnya. Oleh sebab itu kita sebagia seorang muslim haris senantiasa berusaha untuk dapat menerapkan akhlak islami tersebut dalam keseharian kita.
Berikut ini beberapa hal yang akan dapat memotivasi kita untuk berakhlak islami, yaitu pentingnya akhlak islami :
1.      Akhlak adalah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang.
“Paling sempurna orang mukmin adalah yang paling luhur akhlaknya”. (HR. Tirmidzi) serta hadits dari Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la yang berbunyi : “Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik man usia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
2.      Akhlak adalah buah ibadah
Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan munkar” (Surat Al Ankabut : 29)
3.      Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat
“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi kejujuran akhlaknya” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
4.      Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat oleh karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT. Akhlak Islami sangat penting untuk direfleksikan dalam skala pribadi, skala masyarakat serta berikutnya skala umat.
5.      Akhlak juga terbentuk dari lintasan hati. Dari lintasan hati dilakukan atau dicoba, lalu menjadi kebiasaan hingga membentuk akhlak, misalnya : kebiasaan merokok. Maka berusahalah untuk membentuk lintsan hati yang baik dan enar menurut syariat Islam.
6.      Akhlak dapat berubah tergantung kemauan individu tersebut. Seseorang berakhlak baik atau buruk tergantung usaha yang dilakukannya.

Nb : Mentor harap memberikan contoh – contoh yang ada di dalam kehidupan sehari – hari terhadap 10 pernyataan di atas dan mohon cek kembali ayat – ayat Al Qur’annya!!!
Maroji’ :
1.      Tazkiyatun Nafs
2.      Kepribadian Muslim
3.      Seri kelima buku Mentoring Islam Elektronik.    http://itc.esmartstudent.com/buku_mentoring_islam_elektronik_5.pdf

MENGENAL LEBIH DEKAT PENCIPTA KITA

TUJUAN :
1.      Mengenal Dzat yang telah menciptakan manusia, dengan berbagai jalan
2.      Menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi manusia mengenal Penciptanya.

PENDAHULUAN
Seseorang yang bertugas memindahkan arah trem, tak perlu mengangkat trem dan menghadapkannya kearah yang diinginkan. Cukup dengan memegang tongkat kecil dan dengan sedikit gerakan rel kereta api berpindah kearah baru tanpa susah payah. Demikian juga hati manusia dan pengenalan terhadap Allah (ma’rifatullah) merupakan tongkat yang mengubah arah. Bila tongkat itu menyentuh hati manusia, maka ia akan mengubah arah pandang, tujuan hidup manusia serta berbagai aspeknya, bahkan secara keseluruhan hidup manusia itu sendiri dapat mengalami perubahan. Dan bila individu telah berubah, maka umatpun akan segera berubah.
Di lubuk hati terdalam, setiap manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini PASTI ada yang menciptakan. Segala keserasian, keseimbangan, hingga detail kecil kehidupan –meski hanya daun yang jatuh- pasti ada yang mengaturnya. Rahasia kehidupan ini, keteraturan alam semesta dalam dimensi ruang dan waktu terus menerus ditelusuri hingga saat ini. Hal ini menjadi semacam teka-teki yang menuntut pemecahannya oleh manusia. Salah satu dampak dari pemecahannya timbul berbagai aliran animisme, dinamisme, atau isme-isme yang lain. Bahkan ada yang menjadikan ilmu pengetahuan itu tuhan. Semua itu menjadi bukti akan adanya pencarian Tuhan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”                            (QS Ai-Imran:190-191)

PEMBAHASAN  Bagaimana mengenal Allah?
Mengenal Allah Swt. merupakan kewajiban bagi seorang muslim, hal tersebut dapat dilihat dari banyak bukti yang menguatkannya, antara lain :
1. Dalil Naqli :
Allah Swt. sendiri yang berfirman dalam Al Qur’an Surat 6:19 (Dialah tuhan yang satu).
2.      Dalil Kauniyah
Dalam (QS. 3:190) bahwa adanya langit dan bumi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang menciptakan. Demikian pula pergantian siang dan malam, pergantian musim ada yang mengaturnya dan bagi orang-orang yang mau berfikir, tentu akan mendapatkan kesimpulan demikian.
Semua planet beredar pada porosnya masing-masing dengan tertib, tanpa terjadi tabrakan atau kesalahan teknis. Itulah ketentuan Zat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan satuan untuk mengukur jarak diantara bintang-bintang adalah tahun cahaya (yakni jarak yang dapat ditempuh cahaya dalam setahun penuh),  sedangkan kecepatan cahaya 300.000 km per detik. Sebagian ilmuwan tata surya mengatakan bahwa ada bintang yang jaraknya dengan kita adalah ratusan juta tahun cahaya.
Sekarang setelah empat belas abad dari turunnyua ayat-ayat tersebut kita mulai sedikit demi sedikit mengenali tempat beredarnya berbagai bintang serta kebesarannya.
“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa Dan bumi itu kami hamparkan, Maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).” (Adz Dzariyat:47-48)
Keagungan dan kebesaran Allah nampak lebih jelas di dunia tumbuh-tumbuhan. Setiap butir biji tanaman memiliki karakter. Dengan berbagai kandungan kimia yang dapat mendukung biji tersebut tumbuh menjadi tanaman yang utuh, belum lagi reaksi kimia dan biologis yang terjadi dalam perkembangannya. Sangat kompleks dan tak pernah habis untuk dikaji dan diteliti mekanisme yang terjadi di dalamnya. Begitu uniknya, bahkan jika mereka adalah berasal dari jenis yang sama, ditumbuhkan di lahan yang sama, disiram dengan jumlah air yang sama, belum tentu sama dalam perkembangannya kelak.
“Dan di bumi Ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”  (Ar Ra’d:4)
Keagungannya tak kan pernah habis untuk kita temukan, bahkan dalam hal terkecil dari kehidupan kita sehari-hari. Hanya saja, kita seringkali kurang peka untuk menemukannya. Dapat dilihat dalam firman Allah (Al Hajj :73-74).
3. Dalil Fitrah
Fitrah manusia adalah mengakui keberadaan Allah. Sekuat dan bagaimanapun keadaan apapun, suatu saat akan mengalami suatu titik tolak, entah itu berupa musibah, atau bahkan saat-saat menjelang kematian.  Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dalam kondisi bertauhid, sebagai sabda Rasulullah,
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknyalah (yang akan berperan) menjadikan anak itu Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari)
Fitrah yang dimaksud dalam hal ini adalah yang diciptakan oleh Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Fitrah tauhid manusia yang suci  itu dapat terkubur oleh berbagai faktor, diantaranya kesombongan, godaan syetan, hawa nafsu, dan sebagainya. Tetapi dalam keadaan terjepit, fitrah itu dapat bangkit kembali. Seperti Fir’aun yang mengakui adanya Allah ketika hampir tenggelam di Laut merah, atau seperti firman Allah dalam Al Qur’an,
“Dan tatkala dia cukup dewasa kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Yunus: 22)
Manusia secara fitrah dikaruniai sifat fujur dan takwa. Keduanya akan silih berganti mengisi keseharian manusia. Manusia, dengan sifat lemah yang dimilikinya cenderung menuruti hawa nafsunya, tidak selalu terjaga dalam kebaikan. Setiap manusia mampu berbuat dosa, sebagaimana ia mampu berbuat kebaikan dan meraih pahala. Meski demikian, terdapat perbedaan diantara manusia, yakni seberapa banyak dosa dan kebaikan yang mereka lakukan, manakah yang lebih banyak dilakukan. Apakah kebaikan, atau justru dosa yang lebih banyak.
4.      Panca indera
Dalam Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 63 : Allah memberikan indera pada kita sehingga kita dapat melihat, mendengar dan merasakan keagungan dan kebesaran-Nya misalnya ketika kita melihat dan merasakan turunnya air dari langit.
5. Dalil sejarah
Adanya azab yang diturunkan Allah kepada kaum yang tidak mentaatinya pada Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 53. Tentunya kita ingat kisah umat Nabi Nuh yang sama sekali tidak mengakui keberadaan Allah Swt. Allah Swt. pada akhirnya menghancurkan mereka yang kufur dengan banjir bandang. Hal tersebut sekaligus sebagai bukti untuk memperkuat keimanan pengikut Nabi Nuh.
Penghalang Manusia Mengenal Allah Swt.
Penghalang yang berkaitan dengan hati yang menimbulkan keraguan kepada Allah adalah kefasikan, kesombongan, kedzaliman, dusta, dan maksiat. Orang yang fasik adalah orang yang ternoda kehormatannya dan kredibilitasnya akibat kesalahan yang ia lakukan. Dari dosa-dosa yang biasanya kita anggap kecil setan merongrong kita, menghalangi kita dari kebaikan, atau menyeret kita perlahan ke dosa yang lebih besar.
Apakah arti dari kesombongan? Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Sifat sombong adalah sifat Allah karena memang Allahlah yang paling berkuasa si alam raya ini. Kesombongan dapat menghalangi kita untuk mengenal Allah karena hati dan pikiran kita diliputi ketidakpercayaan, ketidakpedulian, dan rasa bahwa diri ini sudah memiliki lebih dari cukup ilmu dan kebaikan. Dapat dilihat pada Surat Al A’raf ayat 146 dan Al Furqan ayat 21.
Dzalim berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Hal ini terutama yang terkait dengan akhlak dan pemahaman kita. Orang yang menipu orang lain merupakan orang yang dzalim karena seharusnya ia menyayangi orang lain sebagaimana saudara andai saja orang tersebut  Islam. Seandainyapun orang lain tersebut non islam, kita pun wajib menunjukkan akhlakul karimah kita, berbuat terpuji, kecuali memang orang kafir itu melakukan hal buruk kepada kita. Dapat dilihat pada surat An Nisa : 153.
Dusta dan kemaksiatan lain juga akan menghalangi kita dari mengenal Allah. Hal ini dikarenakan segala perbuatan dusta akan mengantar kita pada perbuatan dosa, sedangkan perbuatan dosa itu sendiri akan mengantar manusia pada neraka. Sedangkan perbuatan maksiat akan mengantarkan kita pada perbuatan maksiat lain. Na’udzubillahimindzalik. Dapat dilihat pada surat Al A’raf ayat 176.
Penyakit-penyakit di atas akan mengundang murka Allah. Namun, bagaimanapun juga Allah selalu mengampuni dosa hambanya, tak akan pernah berhenti, Allah tak kan lelah mengampuni, hingga hamba itu sendiri yang merasa lelah, dan berhenti bertaubat.
Dan dari Anas bin Malik radhiallohu ‘anhu beliau berkata: Rosululloh shalallohu ‚alaihi wa sallam bersabda: “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula.                   (HR Tirmidzi, beliau berkata: “hadits ini hasan”)
“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Az Zumar: 53)
Kemudian penyakit-penyakit penghalang pengenalan kita kepada Allah terkait akal adalah kebodohan, keragu-raguan (QS. 6:109-110), penyimpangan (QS. 30:41), dan lalai (QS 21:1-3). Penyakit-penyakit akal tersebut berasal dari ketidaktahuan (kebodohan). Akibatnya penyakit menjalar ke seluruh sendi-sendi kehidupan. Karenanya, untuk jenis penyakit ini penyembuhannya adalah dengan menghilangkan penyakit utamanya, yakni menghilangkan kebodohan dengan ilmu.

KESIMPULAN
Mengenal Allah Swt. dapat melalui berbagai jalan, antara lain : Dalil naqli (Al-Qur’an dan hadits), dalil kauniyah, dalil fitrah, panca indera serta dalil sejarah. Semua dalil tersebut jika benar-benar kita pahami akan dapat meningkatkan kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penghalang manusia mengenal Allah Swt. lewat hati antara lain : kefasikan, kesombongan, kedzaliman, dusta, dan maksiat. Sedangkan penghalang lewat akal dapat berupa kebodohan, keragu-raguan, penyimpangan, dan lalai.
Diharapkan kita dapat terus meningkatkan ilmu yang kita miliki untuk lebih mempertebal rasa tunduk kita kepada Allah Swt. Lingkungan yang kondusif akan lebih mempermudah kita untuk mendekta kepada Allah Swt. Kedua hal tersebut (ilmu dan lingkungan yang kondusif) dapat kita peroleh melalui mentoring dan kajian-kajian yang di adakan di sekitar kalian.

Maroji’ :
  1. Syaikh Mustafa Mansyur. 2000. Fiqh Dakwah. Jakarta : Al I’tishom
  2. Jasiman LC. 2009. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Surakarta : Auliya Press
  3. Yuceu Ekajaya. 2004. Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi. Surakarta : Nurul Huda Press










Tidak ada komentar:

Posting Komentar