Minggu, 11 Desember 2011

Untukmu Kader Dakwah : Materi mentoring Mahasiswa

Created by : Indra Kusuma Aryanto dkk

Jama'ah Nurruzzaman UKMKI UNAIR
 Session 3
MENCINTAI SANG IDOLA
Add caption

TUJUAN :

1.  Memahami makna dan pengertian rasul
2.  Memahami urgensi mencintai Rasulullah SAW
3.  Menjadikan Rasulullah SAW sebagai satu-satunya panutan dalam kehidupan

PENDAHULUAN

Mengenal rasul adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk mengamalkan Islam secara sempurna. Tanpa rasul maka kita tidak dapat melaksanakan Islam dengan baik.Kehadiran rasul memberikan panduan dan bimbingan kepada kita bagaimana cara mengamalkan Islam. Dengan demikian rasul adalah penting bagi muslim sebagai metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengenal Rasul tidak hanya dalam bentuk fisik  tetapi segala aspek syar’i berupa sunnah yang disampaikan kepada kita sampai tingkah laku, perkataan ataupun sikap. Pengenalan kepada Rasul dapat dilihat melalui sirah nabi yang menggambarkan kehidupan Nabi serta latar belakangnya seperti nasab.
Dengan mengenal Rasul diharapkan kita dapat mencintai Rasul dan mengikutinya, perkara ini sebagai cara bagaimana kita taat dan mencintai Allah SWT. Setengah masyarakat mengetahui dan mengamalkan sunnah Nabi dari segi ibadah sahaja bahkan dari segi penampilan sahaja. Sangat jarang muslim yang mengambil contoh kehidupan Nabi secara keseluruhannya sebagai contoh, misalnya peranan Nabi dari segi politik, pemimpin, pedagang dan juga Nabi sebagai suami, ayah dan ahli di masyarakat. Semua peranan Nabi ini perlu dicontoh dan diikuti sehingga kita dapat mengamalkan Islam secara sempurna dan menyeluruh.

PEMBAHASAN
Pengertian Rasul
Rasul adalah seorang laki-laki (QS. Al Anbiya :7) yang diberi wahyu  oleh Allah SWT dengan berkewajiban untuk mengamalkannya dan diperintahkan  untuk menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia. Risalah adalah sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah  untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia  dan akherat. Jadi Rasul adalah pembawa risalah Allah.  Rasul yang dipilih Allah itu banyak sekali mulai dari Adam As sampai dengan Rasul yang terakhir yaitu  Muhammad  SAW. Keberadaan Rasul ini adalah atas kehendak Allah, bukan  atas hasil usaha manusia (Qs. Shad:47). Meskipun seseorang sampai pada tingkat kesucian yang tinggi menurut pandangan dan pengakuan manusia, misalnya sebutan wali, ulama tetap tidak dapat dikategorikan sebagai Rasul. Isa adalah Rasul  Allah, beriman  kepadanya  adalah  wajib.  Muhammad adalah Rasul Allah, beriman kepadanya adalah wajib.Rasul Allah yang terakhir adalah Muhammmad  SAW,  sehingga  syariat yang berlaku saat  ini  sampai  hari kiamat adalah  risalah  yang  dibawa  oleh Muhammad  SAW
Sekilas tentang Rasulullah Muhammad SAW
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika ia berusia 2 bulan dalam kandungan ibunya, Aminah. Allah tidak memberikan kesempatan yang lama bagi Muhammad kecil untuk merasakan kasih sayang dan belaian dari ibunya. Aminah meninggal dunia ketika Muhammad berumur 6 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muntholib – seorang tokoh yang paling terhormat di antara kaumnya, Bangsa Quraisy yang juga merupakan kabilah terhormat dari semua kabilah bangsa Arab ketika itu – tak lama ketika Muhamad berusia 8 tahun , kakeknya pun dipanggil oleh Allah.
Setelah itu Muhammad tumbuh menjadi pemuda yang baik, jujur, amat dipercaya, disenangi semua orang karena keluhuran akhlaknya. Pemuda yang cakap, baik lahiriyah maupun ruhiyah.Ia berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia kemudian menikah, menjadi suami yang baik, ayah yang amat cinta kepada anaknya, pemimpin yang adil dan bijaksana dan da’i yang senantiasa berdzikir dan beristigfar kepada Rabb-Nya, meskipun Allah telah menjanjikan jannah paling mulia baginya di akhirat kelak.

Fungsi diutusnya Rasulullah untuk manusia
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melankan untuk menjadi rahmat semesta alam” ( Qs. Al Anbiya:107)
“ Yaa Siin. Demi Al-Qur;an yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul (yang berada) di atas jalan yang lurus (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapa.k mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai”(Qs. 36:1-6)
Dua ayat di atas memberi gambaran kepada kita bahwa Allah mengutus Muhammad untuk dijadikan rahmat bagi semesta alam, yang menjelaskan kitabNya dan memberi peringatan kepada manusia, agar mereka tidak sesat dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Banyak lagi penjelasan Allah dalam Al-Qur’an tentang hakikat kerasulan Muhammad SAW. Analogi pembahasan ini akan menjelaskan hakikat kerasulan Muhammad SAW dan hakikat kerasulan nabi-nabi sebelumnya.
Ada seorang ibu yang sangat tertarik pada sebuah iklan “ Saya Ibu Singer! Lihatlah … dengan Singer maka menjahit akan lebih mudah bagi Anda. Singer membuat lubang kancing sendiri, mengobras sendiri, membordiri sendiri … dst” . Kemudian si ibu tadi membeli mesin jahit Singer yang baru untuk keluarganya. Tetapi apa yang terjadi ??? sesampainya di rumah ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan meskipun itu ini sudah berusaha berkali-kali untuk membaca buku petunjuknya. Maka akhirnya, ibu ini menelepon kepada dealer mesin jahit tempat dimana ia membeli.
Tidak berapa lama, datanglah teknisi Singer yang dikirmkan oleh dealer. Hanya dalam tempo 15 menit, segalanya menjadi beres. Ternyata hanya masalah-masalah sederhana yang sebenarnya secara umum sudah tercantum dalam buku petunjuk. Tetapi karena sebelumnya si ibu ini belum pernah menggunakan mesih jahit, maka ia tidak mengetahui secara persis apa yang dimaksud dalam buku petunjuk mesin jahit tersebut sampai yang sekecil-kecilnya kepada teknisi tersebut hingga tuntas dan jelas betul. Teknisi itu kemudian pergi dan tidak pernah berjanji untuk datang kembali.
Lewat analogi diatas, jelaslah fungsi Rasul adalah sebagai ”teknisi” yang diutus Allah untuk menjelaskan pedoman hidup manusia, yaitu Al-Qur’an.. Lihat firman Allah dalam Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 2 dan Al-Baqarah ayat 119.

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Rasulullah SAW
Seorang muslim yang telah menyatakan syahadatnya, maka dituntut untuk menjalankan kewajiban kepada Rasulullah antara lain :
1. Beriman kepada Rasulullah (QS Al A’raf :158).
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa : 136).
2. Mencintai Rasulullah
Seorang muslim wajib mencintai Nabi Muhammad melebihi cintanya kepada segala sesuatu.  Allah melukiskan secara dramatis dalam Al Qur'an tentang pengertian cinta yaitu (Qs. At Taubah :23-24). Rasulullah juga bersabda : dari Anas Ra “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. Pertama, siapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya.Kedua, mencintai seseorang semata-mata karena Allah SWT. Ketiga, tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah SWT, sebagaimana ketidaksenangannya dilempar ke dalam api neraka (HR Bukhari-Muslim)
3. Taat dan mengikuti Rasulullah
Konsekwensi dari seseorang yang telah mencintai adalah ia memberikan ketaatan dan mengikuti terhadap apa yang ia cintai. Allah telah memberikan kabar tentang kerugian yang besar dan penyesalan yang mendalam bagi seseorang yang mengetahui ajaran Nabi Muhammad SAW kemudian tidak taat dan tidak mengikutinya (QS. Al Furqan :27,29). Kewajiban mentaati dan mengikuti Rasulullah adalah kewajiban yang mutlak (QS.An Nisa :80; Ali Imran :31,32). Barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menyediakan baginya surga (QS.An Nisa : 13). Mengikuti Rasulullah dapat diaplikasikan dengan cara mengagungkan(QS. Al Fath :7)membelanya (QS. At Taubah : 40, QS. Ash Shaf :14), mencintai para pencintanya (QS. Al Fath :29), menghidupkan sunnahnya (QS. Ali Imran :130), memperbanyak shalawat (QS. Al Ahzab :56), dan mewarisi risalahnya (QS. Al Fath :28). 

KESIMPULAN
Pengenalan kepada Rasul juga meliputi pengenalan kepada Allah dan Islam.  Memahami Rasul secara komprehensif adalah cara yang tepat dalam mengenal Islam yang juga komprehensif. Rasul dikenal sebagai pribadi teladan dan panutan yang unggul dan lelaki terpilih di antara manusia yang sangat layak dijadikan model bagi setiap muslim. 
Mencintai Nabi sebagai hasil dari mengenal Rasul tidak hanya dalam menyebut namanya setelah sholat, merayakan hari Maulid Nabi dan bentuk acara-acara lainnya.Kemudian mereka tidak mengamalkan sunnah ataupun tingkah laku yang dimilikinya seperti sidiq, tabligh, amanah dan fathonah. Keadaan demikian sangat merugikan bagi setiap muslim.Bahkan beberapa orang sangat menaruh perhatian dan mengikuti cara berpakaian Nabi, seperti sorban, songkok dan sebagainya, ada pula yang hanya sekedar mengutip hadits Nabi untuk ceramahnya tetapi tidak diamalkan, namun ada juga yang menolak beberapa sunnah atau tingkah laku Nabi.Keadaan demikian, berlaku di tengah masyarakat awam sebagai akibat dari tidak fahamnya mereka kepada Rasul secara benar dan utuh.
Kewajiban kami (muslim) kepada Rasul adalah mengimaninya, mencintai, mengagungkan, membelanya, mencintai para pencintanya, menghidupkan sunnahnya, memperbanyak shalawat, mengikutinya dan mewarisi risalahnya.  Dengan kewajiban ini setiap muslim akan senantiasa menjaga dirinya berada di dalam saf Islam.Kewajiban ini sebagai janji dan komitmen dari persaksian kita kepada Nabi bahawa Muhammad SAW adalah Rasulullah.
Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang dijadikan sebagai Nabi dan Rasul penutup.Beliau sebagai model terbaik dan melengkapi nabi dan rasul sebelumnya.Risalah yang dibawanya sangatlah bersesuaian dengan keadaan saat ini dan diperuntukkan bagi semua manusia.Berbagai kelebihan dan keutamaan pada diri Nabi sangatlah banyak, sehingga kita perlu menyimpulkan bahawa beliaulah yang paling sesuai untuk diikuti.
Orang yang beriman adalah tentara yang siap dan sedia mendapat arahan dan perintah dari atasan.Atasan kita adalah Allah SWT dan Nabi SAW.Dialah yang berhak sebagai atasan kita karena dialah pencipta, pemberi rizki, pengatur dan pemilik kita.Sedangkan Nabi adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Allah sebagai pembimbing kita.Sikap kita yang terbaik adalah mendengar dan mentaati perintahNya.Karena setiap perintah itu adalah untuk kebaikan kita juga.
Mentaati Allah mesti melalui ketaatan kepada Rasul.Yang ditaati adalah syariat yang dibawanya seperti yang disampaikan di dalam Al-Qur’an ataupun Sunnah Nabi. Kita tidak akan dapat beribadah kecuali mengikuti Rasul dan syariatNya.

Maroji’ :
1.      Aqidah seorang muslim, KSI- Al Ummah, 1993, Jakarta.
2.      Ar-Rosul - Muhammad Saw, Said Hawwa, Terj. Pustaka Mantiq, 1992, Solo
3.      Mengenal Muhammad, A. Hasan, 1977, Surabaya
4.      Mentoring Pembinaan UI. Buku Panduan Mentoring Untuk Pemula

al-GHAZW al-FIKRI
(Perang Pemikiran)
TUJUAN
  1. Memahami pengertian al-Ghazw al-Fikri
  2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam al-Ghazw al-Fikri
  3. Mengenali sarana dan bahaya dari al-Ghazw al-Fikri

PENDAHULUAN
Ghazwul Fikri terdiri dari dua kata yaitu ghozwah dan fikr. Ghozwah berarti serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan di sini berbeda dengan qital (perang) yang berarti :
1.      Dilakukan sepihak, yang lain tidak menyadari kalau sedang diserang
2.      Hasilnya nyata terlihat dan berhasil
3.      Mempunyai efek yang dalam dan luas
Sedangkan pengertian secara istilah adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur aduk dengan hal-hal tidak Islami.
            Sesuatu yang berbahaya ini sedang melanda umat Islam, yang secara umum tidak menyadari akan bahaya perang pemikiran. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknya muslim yang secara sadar ataupun tidak mengikuti pemikiran, tingkah laku, dan gaya hidup orang kafir (barat). Ketidaksadaran muslim terhadap bahaya ini menjadikannya kehilangan identitas dan kepercayaan diri sebagai muslim. Bahkan kebanggaan dengan tingkah laku jahiliyah ini telah dijadikan sebagai budaya.
            Hal ini berawal ketika pihak kafir mengalami kekalahan yang beruntun pada perang salib mencari alternatif untuk menghancurkan kembali umat Islam. Mereka tidak pernah rela dan tidak pernah berhenti menyerang hingga umat Islam mengikuti millah (agama) mereka. Strategi yang dipakai untuk menghancurkan Islam adalah dengan al-Ghaw al-Fikri. Al-Ghaw al-Fikri adalah serangan pemikiran, budaya, mental, dan konsep yang dilakukan secara terus-menerus dengan sitematik, teratur, serta terancang dengan baik. Hal itu dilakukan hingga muncul perubahan kepribadian, gaya hidup, dan tingkah laku pada umat Islam.
            Tujuan dari al-Ghazw al-Fikri adalah merusak akhlak, menghancurkan pemikiran, melarutkan kepribadian, dan menjadikan muslim keluar dari agamanya. Usaha mulai dilaksanakan sebelum jatuhnya khilafah islamiyah, dimulai dengan pemutusan hubungan antar negeri Islam dibawah khilafah islamiyah, sehingga memunculkan faham nasionalisme, orientalisme, kristenisasi, dan gerakan pembebasan perempuan yang juga merupakan aktifitas al-Ghazw al-Fikri yang sudah menunjukkan hasilnya pada sebagian umat Islam yang sekarang telah berubah menjadi jahiliyah.
            Pelaku al-Ghazw al-Fikri secara umum terdiri dari orang yahudi, nasrani, majusi, musyrikin, munafikin, atheis, dan orang kafir. Mereka biasa disebut dengan mustakbiruun (orang-orang yang sombong dan melampaui batas). Cara yang digunakan mereka untuk menyerang umat islam sehingga membuat umat islam lupa akan identitas aslinya adalah melalui propaganda, pendidikan, pengajaran, buku, media cetak, klub-klub, olah raga, yayasan, lembaga-lembaga, hiburan, film dan musik.
            Bahaya al-ghazw al-Fikri dapat membuat umat islam tertipu, cenderung menjadi kafir, mencintainya, mentaatinya, mengikuti cara hidupnya, menyerupai perilakunya, sampai memberikan loyalitasnya kepada orang kafir tersebut. Apabila bahaya ini sudah datang kepada umat islam, maka ia menjadi hina dan cenderung menjadi pengikut orang kafir, bahkan dapat menjadi murtad. Ia akan mendapat laknat dan azab dari Allah sehingga Allah berlepas diri darinya. Kehidupan orang muslim yang masuk perangkap al-Ghazw al-Fikri berubah menjadi kehidupan jahiliyah.

PEMBAHASAN
TAHAPAN-TAHAPANNYA
1.        Fase Sebelum Jatuhnya Khilafah Islamiyah
ORIENTALIS
            Al-Ghazw al-Fikri dilakukan secara sistematis dan dirancang dengan baik. Pertama musuh-musuh islam terlebih dahulu mempelajari islam dan budaya timur. Mereka dikenal sebagai orientalis. Kaum orientalis tersebut berusaha untuk menjelekkan islam dengan menggunakan dalil-dalil yag ada didalam islam. Bahkan orieentalis lebih menguasai nilai-nilai islam dan nilai-nilai ketimuran secara keilmuan. Sebagai contoh Snouck Hurgronye adalah orang kristen belanda yang mampu menghafal al-qur’an dan bahasa arab. Dengan kemampuannya itu mereka melakukan pendekatan kepada umat Islam sehingga mereka menjadi terperdaya dan lambat laun akan terpengaruh bahkan mengikuti tingkah lakunya. Kaum orientalis ini tidak hanya dari kelomok non islam saja tetapi juga ada yang dari kalangan islam sendiri seperti Thaha Husein dari Mesir.
KRISTENISASI
            Sejalan dengan itu usaha usaha kristenisasi juga digalakkan untuk memurtadkan umat. Dakwah mereka ditujukan kepada orang islam yang miskin, bodoh, dan dangkal pemahaman akidahnya. Kristenisasi terhadap umat islam ini sebenarnya tidak dibenarkan didalam Indonesia karena SKB tiga menteri melarang berdakwah dikalangan yang telah beragama, namun hal ini tidak digubris.
            Dimasa menjelang kejatuhan khilafah islamiyah, para misionaris berdatangan ke daerah-daerah yang potensial untuk berdakwah seperti Afrika dan beberapa negara lainnya. Namun demikian usaha pengkristenan ini tidaklah begitu berhasil. Keberhasilan yang mereka lakukan lebih kepada perubahan tingkah laku bukan kepada status keagamaannya.
2.        Fase Setelah Jatuhnya Khilafah Islamiyah
PERUBAHAN
            Setelah jatuhnya khilafah islamiyah terjadi perubahan besar-besaran misalnya dalam hal politik, masyarakat, dan akhlak. Sistem politik tidak lagi menggunakan sistem syuro melainkan demokrasi. Perubahan akhlak dan tingkah laku yang sangat kentara adalah meninggalkan Islam. Tingkah laku jahiliyah menjadi suatu anutan bahkan kebanggaan, mereka juga bangga meninggalkan tingkah laku islami.
SARANA
            Sarana yang dilakukan dalam perubahan masyarakat islam ketika dan setelah jatuhnya khilafah islam adalah orientalis, kristenisasi, atheis, nasionalisme, pembaratan dan pembebasan wanita. Bahkan para wanita berlomba-lomba mengikuti tingkah laku dan memakai pakaian barat dengan mengikuti mode-mode yang mutakhir. Paham kebangsaan juga suatu strategi yang memecah ukhuwah islam se-dunia. Kita dibuat kecil dengan paham kebangsaan sehingga persatuan islam sedunia tinggal impian belaka. Peristiwa haji dan nilai-nilai islam yang mengajak kita bersatu dalam satu kesatuan islam di dunia menjadi hilang. Mereka memperjuangkan kebangsaan masing-masing.
SEKULERISME
            Salah satu usaha yang dilakukan musuh-musuh islam dalam menjerumuskan umat islam adalah dengan memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat (sekulerisme). Pemisahan ini terjadi di bidang pengajaran, penerangan dan perundang-undangan. Selain itu, mereka berusaha menegakkan nasionalisme dan melakukan gerakan pembebasan perempuan. Usaha ini masih dirasakan sampai sekarang. Contohnya ialah Turki yang mengamalkan nasionalisme peninggalan Kemal Attaturk. Selain itu gerakan pembebasan perempuan juga merupakan ancaman yang yang sangat besar terhadap kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Pembebasan perempuan yang mendorong setiap perempuan keluar dari fitrahnya telah menyebabkan keusakan akhlak dan kehancuran masyarakat.
BAHAYA al-Ghazw al-Fikri
1.      Umat Islam tertipu
Allah Swt menyebutkan bahwa syaitan itu berasal dari kalangan jin dan manusia. Syaitan menipu umat islam dengan mengajak mereka menjauhi islam. Syaitan dari kalangan jin dan manusia adalah musuh yang nyata bagi kita (QS. 35:6).
2.      Kecederungan pada hal yang negatif
Diantara sifat yang muncul saat ini adalah adanya kecenderungan kepada orang kafir, kekufuran dan perbuatan zalim yang dimurkai Allah Swt. Mereka pada hakikatnya adalah muslim namun tidak mau menerima islam dalam hidupnya dan cenderung kepada kekafiran (QS. 11:113).
3.      Mencintai orang-orang selain Islam
Orang-orang kafir tidak dibenarkan untuk dijadikan teman dekat, penolong, bahkan orang yang dicintai. Karena orang-orang kafir ini akan terus berusaha agar kita mengikuti kebiasaan mereka dan mengamalkan perbuatan yang tidak islami (QS. 3: 118).
  1. Mentaati orang kafir
Mentaati orang kafir adalah bahaya al-Ghaw al-Fikri, dimana pihak musuh membawa racun dengan memunculkan ketergantungan pihak muslim yang akan menjadikan kita taat kepada perintah dan petunjuk mereka (QS. 47:26). Demikian juga seperti yang disampaikan nabi melalui hadits-nya ; “Sesungguhnya orang-orang yahudi dan nasrani itu lebih mewarnai rambut mereka maka berbedalah dengan mereka!” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang lain Rasulullah Saw juga mengabarkan :“Bedakan dirimu dengan orang-orang yahudi! Mereka itu tidak sembahyang dengan menggunakan sandal dan slop mereka” (HR. Abu Daud).
  1. Mengikuti cara hidup non muslim
Yahudi dan Nasrani dengan cara yang menakjubkan telah membuat umat islam mengikuti tata cara hidup mereka (millah). Mereka tidak akan pernah rela sehingga orang muslim mengikuti yahudi dan nasrani. (QS.2:120). Dalam hadits-nya pun Rasulullah Saw juga telah bersabda; “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga ketika mereka masuk ke lubang biawak, tentu kalian akan ikuti pula. ”Kami bertanya, “Wahai ya Rasulullah, kaum yahudi dan nasrani kah?”. Beliau menjawab, “Siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim).
  1. Menyerupai musuh Islam
Barang siapa yang mengambil teman dari pihak musuh, maka ia pun termasuk kedalam golongan musuh tersebut (QS. 5:51). Rasulullah Saw juga bersabda ; “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk golongan mereka”. (HR. Abu Daud)
  1. Loyalitas kepada musuh Islam
Loyalitas yang diberikan kepada orang Yahudi dan Nasrani akan menghancurkan islam. (QS. 5:51). Dan dalam hadits-nya beliau juga bersabda; ‘Buhul iman yang paling kokoh adalah perwalaan karen Allah dan permusuhan karena Allah, cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani)


KESIMPULAN
Ghazwul Fikri terhadap Islam telah berlangsung sekian lama. Mereka ingin menjadikan wajah Islam seburuk mungkin, bisa dengan jalan menampilkan kesan “ekstrem” dan fundamental-sehingga manusia takut dan ngeri terhadap Islam dan penganut setianya. Mereka yang punya komitmen terhadap Islam, diberikan julukan ekstrimis atau fundamentalis. Akibatnya Islam ditakuti baik oleh pengikutnya sendiri yang terlanjur menjadi korban ghazwul fikri –apalagi oleh orang non muslim. Namun ada kalanya Islam ditampilkan dengan bentuk yang kelewat lembek, itulah hasil rekayasa musuh-musuh Islam, dan itulah yang dihasilkan oleh ghazwul fikri yang mereka kehendaki, sebagaimana firman Allah : Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (Ash Shaff (61) : 9).
Hasil lain, sebagaimana tujuan yang telah mereka canangkan dari peperangan ini adalah dengan menjauhkan muslimin dari agamanya. Umat Islam dibuat enggan mempelajari agamanya sendiri dengan diberikan kesibukan dan permainan yang mengasyikkan, atau kerena telah merasakan phobia terhadap Islam. Ini amat terasakan saat ini. Kaum muslimin mulai sibuk dengan perniagaan yang melelahkan, sehingga tidak punya lagi kesempatan taffaquh fiddin (memperdalam pengetahuan agama). Adapula yang tergelincir dalam perangkap jahiliyah, kaum muslimin terlena dalam berbagai hiburan maksiat, yang membuat mereka lemah semangat, tidak memiliki ghirah (semangat) membela Islam. Ada pula yang terlanjur terhadap propaganda Barat yang dititipkan media pers, bahwa Islam identik dengan perang, Islam identik dengan darah, Islam itu kejam, sehingga mereka menjadi phobia terhadap Islam untuk kemudian secara perlahan-lahan meninggalkan ajarannya.
Lebih lanjut lagi, mereka juga berkehendak membawa kaum muslimin pada millah (agama) mereka. Setelah mereka kaburkan Islam dengan ucapan-ucapan mereka, kemudian mereka jauhkan kaum muslimin dari agamanya, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi kaum muslimin untuk mengikuti millah mereka, sebagian atau seluruhnya. ”Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan ridho kepadamu, sampai engkau mengikuti millah mereka” (Al Baqarah (2) : 120).
Mengikuti millah mereka secara total, artinya kaum muslimin berpindah agama. Mereka tinggalkan Islam, dan kematian masuk ke agama lain –sesuai yang mengarahkan. Kalaupun tidak bisa mengikuti millah non Islam, tetap akan diusahakan agar kaum muslimin mengikuti millah mereka bagian demi bagian, mulai dari cara hidup, orientasi kerja, perilaku dan pemikirannya. Akhirnya terjadi pribadi yang pecah pengakuan formalnya sebagai seorang muslim, namun dalam kenampakan kesehariannya ia sama sekali bukanlah seorang Islam. Tak pernah mereka berhenti dari usaha ini. Ghazwul Fikri berjalan terus menerus, sebagaimana firman-Nya : Mereka tidak henti-hentinya memerangi kaum, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (Al Baqarah (2) : 217).
Oleh sebab itu, kaum muslimin wajib mewaspadai ghazwul fikri yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Allah memberikan tuntutan agar tidak menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan, sebab telah jelas kemudharatan yang mereka timbulkan. ”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi orang kepercayaanmu orang-orang yang dan di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu” (Ali Imran (3) :118).

Maroji’:
1.      Prayitno, Irwan Dr.  al-GHAZW al-FIKRI Seri Pendidikan Islam 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar